Sunday, July 11, 2010

Pertemuan bulanan forum diskusi fotografi Omong Kosong Sore-Sore/ONGKOSS, Jumat 16 Juli 2010, Pkl. 16.00 WIB.

Undangan terbuka/gratis.

Tema diskusi

“PENDIDIKAN FOTOGRAFI INDONESIA MAU KEMANA?”

Semakin terpuruknya fotografi sebagai media apresiasi fotografi, maka seharusnya penyelenggara pendidikan fotografi harus bertanggung jawab. Tentu saja ujung pangkal dari segala kemandulan ini bukti bahwa pendidikan fotografi di Bandung loyo. Bagaimana persoalan ini berujung pangkal? Bagaimana mengurainya?

Latar sejarah pendidikan fotografi di Bandung

Geliat menyebarkan ilmu fotografi secara sistematis, jauh telah dilakukan sebelum masa penjajahan Jepang masuk di Indonesia (1942). Bisa disebut masa keemasan kolonial Belanda, yang diberikan oleh Mr. Noss, seorang warga Belanda yang menetap dan membuka kursus terbatas bagi mereka yang ingin belajar fotografi masa itu. Setelah Jepang berakhir, tampil Mr. Jap, tahun 1958, seorang Tionghoa membuka kursus proses cuci-cetak hitam putih untuk umum, di jalan Sunda Bandung dan Lan Ke Tung di Andir (Lovely Foto). Bisa disimpulkan, kedua pelatihan fotografi ini terbatas di persoalan teknis. Baru beberapa tahun kemudian, setelah kursus terbatas oleh Alm. RM. Soelarko yang bernama Fokine tahun 1971, kemudian tahun 1979, melalui Prayitno, lahirlah sekolah fotografi modern; Institute Seni Fotografi dan Disain/ISFD di jalan Riau 55 Bandung. Melalui intitusi ini, sistem manajemen telah diterapkan, termasuk alat peraga dan metode ajar.

Selanjutnya Pusat Pelatihan Fotografi Jonas/PPFJ (8 Mei 1998), yang kemudian berganti manajemen menjadi INOVA Pusat Pelatihan Fotografi dan Digital Imaging (1 Oktober 2003), salah satu perintis sekolah fotografi yang melek manajemen. Klub fotografi tua di Bandung pun ingin hadir, Perhimpunan Amatir Foto/PAF, melalui yayasannya, yang ternyata layu sebelum berkembang. Fotografi masuk di Universitas dan Institute tahun 1992 di IKJ Jakarta, sebagai program khusus. Pada tahun yang sama, lahir pula Galeri Fotografi Jurnalistik Antara/GFJA di Pasar Baru Jakarta. Tahun 1994 di Fakultas Seni Media Rekam ISI Yogyakarta. Beberapa tahun kemudian, di Bandung lahirlah Program Fotografi dan Film tanggal 13 Februari 1996, dibawah naungan Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan. Memasuki teknologi fotografi digital, lahir kursus singkat yang dimotori Individu dan kelompok, yang boleh dikatakan berkutat seputar persoalan teknis saja. Diantaranya Medicourse, Sekolah Fotografi Tjap Boedi Ipoeng, HUMANIKA, Komunitas Iluminati, Ari Angin Fotografi dan sitem online My Infrared Dibyo Gahari.

Dari rangkaian diatas, kursus, pelatihan, sekolah fotografi masih ada pada tatanan ajar-teknis. Semua didominasi menghasilkan sumber daya manusia untuk menjadi operator dalam industri fotografi. Sadar atau tidak, dunia fotografi kita kini hanya sebatas tukang, tererosi oleh arus yang disebut industri, yang memiliki bos bernama kapitalis. Dalam kondisi demikian sangat sulit bisa berbicara apresiasi dan kritik fotografi, karena semua penyelenggara pendidikan fotografi kompak berbicara sebatas teknis. Bisakah penyelenggara pendidikan melek, melihat bahwa substansi fotografi bukan melulu itu-itu saja. Bisakah penyelenggara pendidikan mengubah paradigmanya? Dicatat atau tersingkir dan dilupakan sejarah? Jika kondisi terakhir terjadi pada kita, inilah akhir riwatat fotografi kita.

Hari/waktu

Jumat, 16 Juli 2010. Pkl. 16.00 WIB sampai 17.00 WIB

Venue

HUMANIKA School of Photography, Jalan Sunda No. 39a Bandung (Setelah perempatan jalan Veteran- jalan Sunda)

Keynote

Riadi Raharja (Inova Pusat Pelatihan Fotografi dan Digital Imaging), *Heriwanto Aang (Program Fotografi dan Film FISS UNPAS), Iwan Santosa (Dosen Fotografi DKV Maranatha), *Asep Deni Iskandar (Dosen Fotogfrafi DKV Widyatama), Sjuaibun Iljas (Dosen Fotografi) dan Andang Iskandar (HUMANIKA School of Photography Bandung)

*Dalam konfirmasi

Moderator

Deni Sugandi

Apa itu ONGKOSS

Digagas oleh Deni Sugandi, lahir begitu saja, prematur karena sedih semakin langkanya forum diskusi yang mempersoalkan seputar fotografi, diluar perkara teknis. Bila diskusi ini kurang penting, anggap saja omong kosong belaka, namun bila bisa menyimpulkannya, diskusi ini bisa berbuah manfaat. Ongkoss bertekat turut mencerdaskan bangsa.

Info: denisugandi 081322393930

http://diskusiongkoss.blogspot.com